Minggu, 03 Januari 2016




ARTIKEL TENTANG E-COMMERCE dan E-BUSINESS



BAB I
E-COMMERCE

A.   Dunia Electronic Commerce (E – COMMERCE)

Gedung Putih pada bulan Juli tahun  1997  mendeklarasikan  telah  terjadinya  sebuah revolusi industri baru yang akan berdampak pada stabilitas ekonomi global, yaitu sejalan dengan fenomena maraknya bisnis secara elektronik/digital dengan menggunakan internet sebagai medium bertransaksi. Metode bertransaksi ini kemudian lebih dikenal sebagai istilah “E-Commerce”.

Definisi dari “E-Commerce” sendiri sangat beragam, tergantung dari perspektif atau kacamata yang  memanfaatkannya. Association for Electronic Commerce  secara sederhana mendifinisikan E-Commerce sebagai “mekanisme bisnis secara elektronis”. CommerceNet, sebuah konsorsium  industri, memberikan  definisi yang lebih lengkap, yaitu “penggunaan jejaring komputer (komputer yang saling terhubung) sebagai sarana penciptaan  relasi  bisnis”.

Tidak  puas  dengan  definisi  tersebut,  CommerceNet menambahkan bahwa di dalam E-Commerce terjadi “proses pembelian dan penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak melalui internet atau pertukaran dan distribusi informasi  antar  dua  pihak  di  dalam  satu  perusahaan  dengan  menggunakan  intranet”. Sementara Amir Hartman dalam bukunya “Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. Beberapa kalangan akademisi pun sepakat mendefinisikan E-Commerce sebagai “salah satu cara memperbaiki kinerja dan mekanisme pertukaran barang, jasa, informasi, dan pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi berbasis jaringan peralatan digital”.
Terlepas dari berbagai jenis definisi yang ditawarkan dan dipergunakan oleh berbagai kalangan, terdapat kesamaan dari masing-masing definisi, dimana E-Commerce memiliki karakteristik sebagai berikut:
·         Terjadinya transaksi antara dua belah pihak;
·         Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi; dan
·         Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut.

Dari karakteristik di atas terlihat jelas, bahwa pada dasarnya E-Commerce merupakan dampak dari berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga secara signifikan  merubah  cara  manusia  melakukan  interaksi  dengan  lingkungannya,  yang dalam hal ini adalah terkait dengan mekanisme dagang.

Semakin  meningkatnya  komunitas bisnis yang mempergunakan internet dalam melakukan  aktivitasnya  sehari-hari  secara  tidak  langsung  telah  menciptakan  sebuah domain  dunia  baru  yang  kerap  diistilahkan  sebagai  “cyberspace”  atau  dunia  maya. Berbeda dengan dunia nyata (real world), cyberspace memiliki karakteristik yang unik dimana seorang manusia dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja di dunia ini sejauh  yang  bersangkutan  terhubung  ke  internet.  Hilangnya  batasan  dunia  yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara efisien dan efektif ini secara langsung merubah cara perusahaan dalam melakukan bisnis dengan perusahaan lain atau konsumen.

Peter Fingar mengungkapkan bahwa pada prinsipnya E-Commerce menyediakan infrastruktur bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju lingkungan eksternal tanpa harus menghadapi  rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama ini menjadi isu utama. Peluang untuk membangun jejaring dengan berbagai  institusi  lain  tersebut harus dimanfaatkan karena dewasa ini persaingan sesungguhnya terletak  pada  bagaimana  sebuah  perusahaan  dapat  memanfaatkan  E-Commerce untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis inti yang digelutinya.
Jika dilihat secara seksama, pada dasarnya ada 4 (empat) jenis relasi dalam dunia bisnis yang biasa dijalin oleh sebuah perusahaan (Fingar, 2000):
1.      Relasi dengan pemasok (supplier);
2.      Relasi dengan distributor;
3.      Relasi dengan rekanan (partner); dan
4.      Relasi dengan konsumen (customer).

Berdasarkan bisnis intinya, masing-masing perusahaan memiliki urutan proses utamanya sendiri-sendiri (core processes), dimana pada berbagai titik sub-proses, terjadi interaksi antara perusahaan dengan salah satu entiti relasi di atas. Jika dahulu kebanyakan relasi hanya dapat terjalin secara “one-to-one  relationship”  karena  alasan  efisiensi,  maka dengan adanya E-Commerce, hubungan antar perusahaan dengan entiti eksternal lainnya
dapat dilakukan secara “many-to-many relationship” dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah.

Tiga jenis jaringan teknologi informasi biasanya dibangun pada  sebuah  perusahaan, yaitu: internet, intranet, dan ekstranet.

Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan perusahaan dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini merupakan jalur termurah yang dapat digunakan  perusahaan  untuk  menjalin  komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat dan murah  melalui  internet.  Jenis E-Commerce yang cocok memakai jalur internet ini adalah B-to-C.
Intranet merupakan infrastruktur jaringan komputer yang menghubungkan semua sumber daya manusia, baik manajmen maupun staf, dalam sebuah perusahaan sehingga dengan mudah mereka dapat saling berkomunikasi untuk menunjang aktivitas bisnis sehari-hari. Aplikasi-aplikasi  yang  berhubungan  dengan  komunikasi,  kolaborasi,  dan  kooperasi biasanya diimplementasikan di dalam sistem intranet ini.
Ekstranet merupakan sebuah infrastruktur  jaringan yang menghubungkan perusahaan  dengan  para  pemasok  dan rekanan bisnisnya. Jika dahulu teknologi EDI (Electronic  Data  Interchange)  banyak dipergunakan  untuk  keperluan ini,  tipe E-Commerce  B-to-B  merupakan pilihan tepat untuk membangun sistem ekstranet di perusahaan. Pada akhirnya, E-Commerce bukanlah sekedar mekanisme penjualan barang atau jasa melalui medium internet, tetapi lebih pada sebuah transformasi bisnis yang merubah cara-cara perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya sehari-hari. Perubahan mendasar dan redefinisi ulang terhadap bisnis inti  perusahaan  sering  kali  harus  dilakukan sehubungan  dengan  fenomena  ini,  karena  berbagai  paradigma  baru  telah mengubur prinsip-prinsip manajemen konvensional yang jika masih terus dilaksanakan akan justru menjadi hal yang merugikan perusahaan (disadvantage).

B.   Mekanisme Electronic Commerce dalam Dunia Bisnis

Mempelajari E-Commerce sebenarnya cukup mudah, karena tidak jauh berbeda dengan memahami  bagaimana  perdagangan atau bisnis selama ini dijalankan. Yang membedakannya adalah  dilibatkannya teknologi  komputer  dan  telekomunikasi  secara intensif sebagai sarana untuk melakukan dua hal utama (Kosiur, 1997):
·         Mengolah data mentah menjadi  informasi yang dapat dimanfaatkan bersama oleh para pelaku bisnis dan konsumen; dan
·         Mendistribusikan  data  atau  informasi  tersebut  secara  cepat  dan  efisien  keseluruh komponen bisnis yang membutuhkan.
Dari beragam jenis aplikasi E-Commerce yang ada, secara prinsip mekanisme kerjanya
kurang lebih sama, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Ada dua hal utama yang biasa dilakukan oleh konsumen (Customers) di dunia maya (arena transaksi yang terbentuk karena adanya jaringan internet). Pertama adalah melihat produk-produk atau jasa-jasa yang diiklankan oleh perusahaan terkait melalui website-nya (Online Ads). Kedua adalah mencari data atau informasi tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi bisnis atau dagang (jual beli) yang akan dilakukan.  Jika  tertarik  dengan  produk  atau  jasa  yang  ditawarkan,  konsumen  dapat  melakukan transaksi  perdagangan  dengan  dua  cara.  Cara  pertama  adalah  secara  konvensional (Standard Orders) seperti yang selama ini dilakukan, baik melalui telepon, faks, atau langsung  datang  ke  tempat  penjualan  produk  atau  jasa  terkait. Cara kedua  adalah melakukan pemesanan secara elektronik (Online Orders), yaitu dengan menggunakan perangkat komputer yang dapat ditemukan dimana saja (rumah, sekolah, tempat kerja,
warnet, dsb.).

Berdasarkan pesanan tersebut, penjual produk atau jasa akan mendistribusikan barangnya kepada konsumen melalui dua jalur (Distribution). Bagi  perusahaan yang melibatkan barang secara fisik, perusahaan akan mengirimkannya melalui kurir ke tempat pemesan berada. Yang menarik adalah jalur kedua, dimana disediakan bagi produk atau jasa yang dapat digitisasi (diubah menjadi sinyal digital). Produk-produk yang berbentuk semacam  teks, gambar, video, dan audio secara fisik tidak perlu lagi dikirimkan, namun dapat disampaikan  melalui jalur internet. Contohnya adalah electronic newspapers, digital library, virtual school, dan lain sebagainya.

Selanjutnya,  melalui  internet  dapat  dilakukan  pula aktivitas  pasca pembelian,  yaitu pelayanan purna jual (Electronic Customer Support). Proses ini dapat dilakukan melalui jalur konvensional, seperti telepon, ataupun jalur internet, seperti email, tele conference, chatting, dan lain-lain. Diharapkan dari interaksi tersebut di atas, konsumen dapat datang kembali dan melakukan pembelian produk atau jasa di kemudian hari (Follow-On Sales). Secara strategis, ada tiga domain besar yang membentuk komunitas E-Commerce, yaitu: proses, institusi, dan teknologi. Seperti telah dijelaskan di atas, proses yang terjadi di dalam perdagangan elektronik kurang lebih sama.

Elemen pertama adalah “proses”. Proses yang berkaitan dengan produk atau jasa fisik, biasanya akan melalui rantai nilai (value chain) seperti yang diperkenalkan oleh Michael Porter:
·         Proses utama terdiri dari: inbound logistics, production, outbound logistics and distribution, sales and marketing, dan services; dan
·         Proses penunjang terdiri dari: procurement, firm infrastructure, dan technology.
·         Sementara  proses  yang  melibatkan  produk  atau  jasa  digital,  akan  mengikuti rantai nilai virtual (virtual value chain) seperti yang diperkenalkan oleh Indrajit Singha, yang  meliputi  rangkaian  aktivitas:  gathering,  organizing,  selecting, synthesizing, dan distributing.

Elemen kedua adalah “institusi”. Salah satu prinsip yang dipegang dalam E-Commerce adalah diterapkannya asas jejaring (inter-networking), dimana dikatakan bahwa untu sukses, sebuah perusahaan E-Commerce harus bekerja sama dengan berbagai institusi-institusi yang ada (perusahaan tidak dapat berdiri sendiri). Sebuah perusahaan dotcom misalnya, dalam menjalankan prinsip-prinsip perdagangan elektronik harus bekerja sama dengan  pemasok  (supplier),  pemilik  barang  (merchant),  penyedia  jasa  pembayaran (bank), bahkan konsumen (customers).  Kerjasama yang dimaksud di sini akan mencapai tingkat  efektivitas  dan  efisiensi  yang  diinginkan  dengan  cara  melakukannya  secara otomatis (melibatkan teknologi komputer dan telekomunikasi)..

Elemen ketiga adalah “teknologi informasi”. Pada akhirnya secara operasional, faktor diinginkan. infrastruktur teknologi akan sangat menentukan tingkat kinerja bisnis E-Commerce yang diinginkan.

C.   Empat Tipe Aplikasi Electronic Commerce
Dilihat dari jenisnya, E-Commerce kerap dibagi menjadi dua kategori, yaitu B-to-B dan B-to-C.  Prinsip  pembagian  ini  dilandasi  pada  jenis  institusi  atau  komunitas  yang melakukan  interaksi  perdagangan  dua  arah.  Jika  dilihat  dari  perspektif  lain,  yaitu berdasarkan jenis aplikasi yang dipergunakan, E-Commerce dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) tipe: I-Market, Customer Care, Vendors Management, dan Extended Supply
Chain (Fingar, 2000).

I-Market
Internet Market (I-Market) didefinisikan sebagai suatu tempat atau arena di dunia maya dimana  calon pembeli dan penjual saling bertemu untuk melakukan transaksi secara elektronis melalui medium internet. Dari definisi tersebut terlihat bahwa tipe bisnis yang terjadi  adalah  B-to-C  karena  sebagai  penjual  produk  atau  jasa,  perusahaan  berusaha menghubungkan  dirinya  dengan  I-Market  yang  notabene  merupakan  komunitas  para pengguna internet yang ada di seluruh dunia. Prinsip yang dipegang dalam tipe ini adalah perusahaan menyediakan berbagai informasi lengkap mengenai seluruh produk atau jasa yang ditawarkan melalui internet, dengan harapan bahwa ada calon pelanggan yang pada akhirnya  melakukan  pemesanan  atau  pembelian  terhadap  produk  atau  jasa  tersebut (order).

Customer Care
Tipe aplikasi E-Commerce kedua adalah suatu usaha dari perusahaan untuk menjalin hubungan interaktif dengan pelanggan atau konsumen yang telah dimilikinya. Jika pada waktu terdahulu perusahaan biasanya menyediakan nomor telepon bebas pulsa (toll free) sebagai  sarana  yang  dapat  dipergunakan  pelanggan  untuk  bertanya,  berdiskusi,  atau menyampaikan  keluhan  sehubungan  dengan  produk  atas  jasa yang  telah  atau  akan dibelinya. Nomor telepon ini pada dasarnya dihubungkan  dengan  pusat  informasi perusahaan  atau  call  center.  Dengan berkembangnya  internet,  maka dengan mudahkonsumen  dapat berhubungan  dengan  customer  service  perusahaan  selama  24  jam melalui situs terkait. Tengoklah beberapa pelayanan yang biasa ditawarkan melalui situs seperti: FAQ (Frequently Asked Questions), real time chatting, customer info changes, dan  lain  sebagainya.  Prinsip  utama  yang  diharapkan  oleh  perusahaan  dengan mengimplementasikan  E-Commerce  jenis  ini  adalah  untuk  memberikan  pelayanan (supports and services) yang prima sehingga mempertinggi atau meningkatkan loyalitas konsumen. Seperti halnya dengan I-Market, sebagian besar aplikasi yang dipergunakan bersifat B-to-C.

Vendors Management
Hakekat  dari  sebuah  bisnis  adalah  melakukan  transformasi  “bahan  mentah”  menjadi sebuah produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Dengan kata lain, mayoritas perusahaan pastilah memiliki pemasok (supplier) “bahan mentah” tersebut. Disamping itu, berbagai aktivitas penunjang seperti proses administrasi, pengelolaan SDM, dan lain sebagainya kerap membutuhkan beragam barang yang harus dibeli dari perusahaan lain. Proses  pembelian  yang  berlangsung  secara  kontinyu  dan  berulang  secara  periodik tersebut pada dasarnya memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pengeluaran total perusahaan  (cost  center).  Penerapan  aplikasi  E-Commerce  untuk  menghubungkan perusahaan dengan para vendor pemasok berbagai kebutuhan bisnis sehari-hari dapat menekan biaya total yang dikeluarkan untuk aktivitas pengadaan dan pembelian barang.
Dengan dimanfaatkannya aplikasi E-Commerce jenis ini, perusahaan dapat melakukan eliminasi berbagai proses yang tidak perlu, mengintegrasi beberapa proses yang dapat sekaligus  dilakukan,  menyederhanakan  proses  yang  berbelit-belit,  dan mengotomatisasikan proses-proses manual yang memakan waktu dan biaya. Sehingga
prinsip yang dijalankan dalam implementasi aplikasi E-Commerce ini adalah perusahaan melakukan proses pemesanan, pengadaan, dan pembeliaan bahan-bahan yang dibutuhkan dari  berbagai  pemasok  dan  vendor  melalui  internet,  dan  para  rekanan  ini  akan mengirimkannya kepada perusahaan sesuai dengan kebutuhan. Tipe B-to-B merupakan platform transaksi yang diterapkan dalam tipe E-Commerce ini.

Extended Supply Chain
Supply Chain adalah urutan proses atau aktivitas yang dijalankan perusahaan mulai dari “bahan mentah” (raw materials) dibeli sampai dengan produk jadi ditawarkan kepada calon  konsumen.  Proses  generik  yang  biasa  dilakukan  dalam  supply  chain  adalah: pengadaan  bahan  mentah,  penyimpanan  bahan  mentah,  produksi  atau  operasi  bahan mentah menjadi bahan baku/jadi, penyimpanan bahan baku/jadi, distribusi, pemasaran
dan penjualan, serta pelayanan purna jual. Tidak seperti pada perusahaan konvensional dimana  proses  dari  hulu  ke  hilir  ini  dilakukan  secara  penuh  dan  menyeluruh  oleh perusahaan, untuk dapat berkompetisi di era globalisasi seperti saat ini, perusahaan harus menjalin kerja sama dengan rekanan bisnis yang lain (collaboration to compete). Kunci dari kerja sama ini adalah untuk menciptakan suatu produk atau jasa yang lebih murah,
lebih baik, dan lebih cepat dari yang ditawarkan para kompetitor. Tentu saja untuk dapat menciptakan produk atau jasa yang demikian, proses penciptaan produk atau jasa di internal perusahaan harus dilakukan pula secara murah, baik, dan cepat. Di sinilah prinsip penggunaan E-Commerce dipergunakan, yaitu untuk melakukan optimisasi supply chain perusahaan dengan cara menjalin hubungan dengan seluruh rekanan atau pihak-pihak lain yang terlibat langsung dalam proses penciptaan produk atau jasa melalui jalur elektronis semacam  internet.  Jelas  terlihat  bahwa  seperti halnya tipe E-Commerce Vendor Management, prinsip B-to-B merupakan platform yang diterapkan dalam pengembangan E-Commerce terkait.

BAB II
E-BUSSINESS
A.     E-Bussiness
Agar dapat beroperasi bisnis harus berhubungan dengan banyak bagian berbeda dari informasi mengenai pemasok, pelanggan, karyawan, tagihan, dan pembayaran. Dan tentu saja produk dan jasa mereka. Mereka harus mengelola aktifitas kerja yang menggunakan informasi ini untuk beoperasi dengan efisien, dan meningkatkan kinerja keseluruhan perusahaan. Sistem informasi memungkinkan perusahaan untuk mengwlola seluruh informasinya, membuat keputusan yang lebih baik, dan menigkatkan pelakasanaan proses bisnis mereka.

Sistem informasi adalah proses meningkatkan bisnis yang terletak pasda inti bisnis. Proses bisnis adalah arus kerja sdari bahan baku, informasi dan pengetahuan (seperangkat aktifitas). Proses  bisnis juga mengacu pada cara  unik dimana  manajemen memilih untuk mengoordinasikan pekerjaan setiap bisnis  dapat dilihat
sebagai sekumpulan proses bisnis. Beberapa dari proses ini adalah bagian dari proses
yang mencakup lebih besar.

Pada prinsipnya, e-Business kerap didefinisikan sebagai “aktivitas yang berkaitan  secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa  dengan memanfaatkan internet  sebagai medium komunikasi dan transaksi”.  Perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi) yang sangat pesat dewasa ini telah mengakibatkan terjadinya revolusi didunia perdagangan dan industri. Jika dahulu transaksi bisnis yang harus dilakukan secara tatap muka (face-to-face),melibatkan sejumlah fasilitas dan sumber daya fisik (office and paper), dan mempertukarkan barang dan jasa terkait dengan uang kertas atau receh; maka pada saat ini transaksi serupa dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari mana saja secara fleksibel (tanpa harus bertemu muka), dilakukan dengan menggunakan peralatan elektronik (komputer, personal digital assistant, dsb.)

B.     E-Business Followership
Jika di satu titik ekstrem terdapat perusahaan e-business yang berhasil menjadi leader sementara di titik ekstrem lainnya terdapat perusahaan e-business yang terancam bangkrut, terdapat banyak sekali perusahaan (mayoritas) yang berada pada situasi “nanggung”, artinya yang bersangkutan menempatkan diri sebagai pengikut dari mereka yang berhasil (follower).

Walaupun perusahaan yang berada di dalam posisi ini tidak memiliki banyak keunggulan kompetitif seperti halnya perusahaan leader, namun kualitas produk dan pelayanannya berada di atas rata-rata yang diharapkan oleh pelanggan. Perusahaan dalam kategori ini biasanya memiliki produk dengan kualitas yang sudah baik (memenuhi standar minimum), namun di mata pelanggan kualitasnya dipandang lebih karena perusahaan memiliki mekanisme pelayanan yang baik (sehingga pelanggan merasa terpuaskan). Dari sergi harga produk dan jasa pun perusahaan berhasil menekan total biaya produksi karena tingginya tingkat efisiensi yang dicapai (karena memanfaatkan teknologi informasi). Perusahaan juga secara sederhana telah menerapkan konsep knowledge management yang memungkinkan mereka untuk memperbaiki durasi penciptaan produk baru dan pengirimannya ke tangan pelanggan.
Perusahaan yang memiliki keungguluan kompetitif yang netral ini biasanya tidak berambisi untuk menguasai pasar, tetapi cukup untuk tetap amanbertahan di arena persaingan, dan memiliki pelanggan tetap (captive market) yang melakukan transaksi secara kontinyu. Targetnya adalah secara  perlahan (gradual) perusahaan berhasil meningkatkan frekuensi dan volume transaksi jual belinya.

Itu adalah ke tiga contoh dari tiap-tiap bisnis. dilain kesempatan, kita akan  mempelajari cara membuat salah satu membuat mata uang dunia maya, E-gold dan Paypal.

a.      Ada beberapa kiat ± kiat dalam e-business diantaranya :
·         Membenahi terlebih dahulu sistem pengelolaan sumber daya perusahaan secara terpadu.
·         Membuat perencanaan investasi teknologi secara mendetail dan komprehensif.
·         Menentukan arah investasi teknologi untuk menjawab kebutuhan jangka panjang.
·         Membentuk struktur organisasi yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.
·         Melakukan kerjasama kondusif dengan berbagai mitra bisnis (vendor, pemasok barang, lembaga keuangan, dan lain sebagainya).

b.      Ada beberapa Metode Pengembangan e-Business :
1.      Pertimbangan Komoditi
2.      Infrastruktur Pengembangan
3.      Perencanaan Basisdata
4.      Pengembangan Program Aplikasi
5.      Implementasi dan Disseminasi

c.       Strategi Pengembangan e-Business :
1.      Penyusunan Rencana Pengembangan
2.      Pembangunan secara bertahap/dinamis
3.      Perlu menetapkan prioritas implementasi
4.      Pemilihan Teknologi yang tepat
5.      Penyiapan Sumber Daya
6.      Gunakan jasa Web-Hosting
7.      Pengembangan diserahkan pihak ketiga
8.      Kerjasama dengan Institusi Penyedia jasa Internet

    d.  Efek Positif dan Negatif E-Business
Positif:
a.     Stream (aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjanjikan dan tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional.
b.      Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar).
c.       Menurunkan biaya operasional (operating cost).
d.      Melebarkan jangkauan (global reach).
e.       Meningkatkan customer loyality.
f.       Memperpendek waktu produksi.
g.       Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan)

Negatif :
a.       Pencurian informasi rahasia yang berharga. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.
b.      Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat kesalahan non-teknis seperti aliran listrik tiba-tiba padam atau jaringan yang tidak berfungsi.
c.       Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang  berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut.
d.      Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan  pembobolan sebuah sistem perbankan oleh hacker, kemudian memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.
e.       Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, dan kesalahan faktor manusia atau kesalahan sistem elektronik.

      e.       Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan E-Business
a.       Tidak ada komitmen yang utuh dari manajemen puncak.
b.      Penerapan e-business tidak diikuti proses change management.
c.       Tidak profesionalnya vendor teknologi informasi yang menjadi mitra bisnis
d.      Buruknya infrastruktur komunikasi
e.       Tidak selarasnya strategi TI dengan strategi perusahaan.
f.       Adanya masalah keamanan dalam bertransaksi
g.       Kurangnya dukungan financial
h.      Belum adanya peraturan yang mendukung dan melindungi pihak-pihak yang
bertransaksi (cyberlaw),
i.        Menggunakan target jangka pendek sebagai pijakan investasi e-business.

f.        Pendukung Keputusan e-Business
       a.       Pendukung Keputusan Dalam e-Business
            Untuk dapat sukses dalam E-Business dan E-Commerce, perusahaan memerlukan system informasi yang dapat mendukung bermacam-macam informasi dan membuat keputusan yang diperlukan oleh manajer dan seorang profesional bisnis.Level of managerial decision making yang harus didukung oleh teknologi informasi adalah :
 1.
     StrategicManagement
     Dewan direksi,komite eksekutif yang mengembangkan sasaran keseluruhan, strategi, kebijakan, dan tujuan sebagai bagian dari proses perencanaan stratejik. Mereka juga melakukan monitor terhadap kinerja stratejik perusahaan dan keseluruhan arah politik, ekonomi,danlingkunganpersaingan.
  2.
     TacticalManagement
      Para menajer yang mengembangkan rencana jangka pendek dan menengah,  penjadwalan, anggaran, merinci kebijakan, prosedur, dan tujuan bisnis bagi subunitnya. Mengalokasikan sumber daya dan memonitor kinerja subunitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar